Rabu, 22 April 2009

IMPLEMENTASI PENGELOLAAN KESISWAAN

By Ahmad Abrar

Maret 7, 2009 8:19 am

Penelitian tentang pengelolaan kesiswaan ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana peran yang dimainkan oleh warga sekolah dalam melakukan pembinaan kesiswaan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pertimbangan untuk mengungkapkan realitas dan persepsi seluruh warga sekolah tentang pelaksanaan manajemen kesiswaan.


1. Pengertian Manajemen Pembinaan Kesiswaan

Siswa merupakan masukan mentah (raw input) dalam manjemen persekolahan. Ketercapaian tujuan pendidikan dimanifestasikan dalam perubahan pribadi siswa dengan segala aspeknya. Oleh karena itu, sebenarnya semua sumber dana dan daya pada akhirnya bermuara pada kepentingan siswa itu.[1]

Pada dasarnya siswa merupakan pusat utama dalam konsepsi persekolahan, dan kesiswaan itu sendiri juga menepati posisi strategis dalam administrasi pendidikan pada tingkat persekolahan. Apapun yang dilakukan sekolah, program apapun yang dirancang sekolah, ujung-ujungnya adalah untuk kepentingan siswa itu sendiri. Dan prestasi siswa akan menjadi ukuran keberhasilan program pendidikan di suatu sekolah.

Namun walaupun kedudukan siswa begitu penting dan strategisnya, buku-buku literature atau kajian-kajian tentang kesiswaan dalam konsep manajemen pendidikan itu sendiri tidak terlalu banyak dan sepertinya kurang mendapat perhatian lebih. Holmes & Wynne mengungkapkan :

Books and university courses on educational administration do not give much direct attention to students, whose education is the justification for the administrator’s existence. The explanation is that, supposedly, everything educational administrators do is for and about pupils, directly indirectly. Therefore, by the account, addressing them separately isolates only afew factors of importance to them. The problem with mainstream approaches is that discussion of organizational theory and principal/teacher relation provides little evidence or argument to the effect that a particular approach will benefit students. Students are central in our conception of the school.[2]


Mengingat bahwa siswa merupakan salah satu elemen penting dalam pendidikan dan merupakan sasaran utama dalam peningkatan kualitas pendidikan yang nantinya akn berkontribusi terhadap upaya peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat suatu bangsa melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia serta peningkatan derajat sosial masyarakat bangsa, maka siswa perlu dikelola, dimenej, diatur, ditata, dikembangkan dan diberdayakan agar dapat menjadi produk pendidikan yang bermutu, baik ketika siswa itu masih berada dalam lingkungan sekolah, maupun setelah berada dalam lingkungan masyarakat. Untuk itulah diperlukan adanya manajemen kesiswaan.





2. Ruang lingkup Aktivitas Manajemen Kesiswaan.

Sebagai salah satu bidang harapan manajemen pendidikan pada tingkat persekolahan, ruang lingkup aktifitas Manajemen kesiswaan juga mengacu kepada fungsi-fungsi manajemen secara umum. Dalam penelitian ini, fungsi-fungsi manajemen yang dimaksud mengacu kepada fungsi-fungsi manajemen sebagaimana yang diungkapkan oleh Engkoswara, yaitu meliputi fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.[1]

Sementara itu, Sutjipto & Mukti mengemukakan bahwa ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka manajemen pembinaan kesiswaan, yaitu : 1) penerimaan siswa, 2) pembinaan siswa, 3) promosi dan mutasi, dan 4) pemberhentian siswa dari sekolah.[2]

Dari kedua pendapat di atas, maka kita bisa mengambil sebuah alur aktifitas manajemen kesiswaan, yaitu:

a. Langkah pertama adalah perencanaan yang dilakukan untuk memperoleh atau menyusun program/rencana kerja.

b. Langkah kedua adalah pelaksanaan berupa implementasi dari program/rencana kerja yang telah ditetapkan dalam tahap perencanaan. Pelaksanaannya itu sendiri terdiri atas aktifitas-aktifitas ; penerimaan siswa (rekrutmen, seleksi, orientasi, penempatan dan pengelompokkan), pembinaan siswa (akademik dan non-akademik), evaluasi hasil (output) dan dampak (outcome).

c. Langkah ketiga adalah pengawasan yang dilakukan secara menyeluruh terhadap keseluruhan proses dan hasil pembinaan kesiswaan.

Langkah-langkah tersebut masing-masing akan dibahas secara lebih rinci berikut ini :

a. Perencanaan

Langkah awal dalam sebuah proses manajemen adalah melakukan proses perencanaan. Nanang Fatah mengartikan perencanan sebagai tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa yang harus dikerjakan dan siapa yang mengerjakannya.[3] Perencanaan sering juga disebut jembatan yang menghubungkan kesenjangan atau jurang antara keadaan masa kini dan keadaan yang diharapkan terjadi pada masa yang akan datang.

Selanjutnya Nanang Fatah juga menyebutkan bahwa dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yang meskipun dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya dalam proses perencanaan. Ketiga kegiatan itu adalah (1) perumusan tujuan yang ingin dicapai; (2) pemilihan program untuk mencapai tujuan itu; (3) identifikasi dan pengerahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas.

Masih berkaitan dengan pengertian perencanaan, Bateman & Snell mendefinsikan perencanaan sebagai berikut :

“Planning is the conscious, sistematic process of making decisions about goals and activities that an individual, group, work unit, or organization will pursue in the future.”[4]

Berdasarkan definisi tersebut, perencanaan diartikan sebagai usaha sadar berupa proses yang sistematik dalam membuat keputusan tentang aktifitas-aktifitas dan tujuan-tujuan yang akan dicapai oleh individu, kelompok, unit kerja, atau organisasi pada masa yang akan datang.

Berkaitan dengan perencanaan, Bateman & Snell menyebutkan bahwa karena perencanaan adalah sebuah proses pengambilan keputusan, maka perencanaan harus dilakukan melalui proses tertentu.[5] Proses perencanaan oleh Bateman & Snell dibagi dalam enam tahapan, yaitu :

Langkah pertama adalah analisis keadaan (situational analysis). Pada tahap ini, seorang perencana mengumpulkan, menginterpretasikan, dan menyimpulkan semua informasi yang relevan dengan isu-isu perencanaan yang dipertanyakan.

Langkah kedua adalah menetapkan alternatif tujuan dan rencana (alternative goals and plans). Pada langkah ini, berdasarkan analisis keadaan yang telah dirumuskan, proses perencanaan harus membuat alternatif-alternatif umum dari tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan rencana-rencana kerja yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Langkah ketiga adalah mengevaluasi tujuan dan rencana (goal an plan evaluation). Pada langkah ini, pengambil keputusan harus mengevaluasi keuntungan, kerugian, dan dampak-dampak yang mungkin timbul dari setuap alternatif tujuan dan rencana yang ada.

Langkah keempat adalah memilih tujuan dan rencana (goal and plan selection). Pada langkah ini, seorang perencana berada dalam posisi untuk memilih alternatif tujuan dan rencana yang paling memungkinkan bisa mencapai harapan yang diinginkan.

Langkah kelima adalah mengimplementasikannya (implementation). Pada langkah ini, rencana-rencana kerja dengan tujuan-tujuan yang telah dipilih harus dilaksanakan.

Langkah keenam adalah memonitor dan mengontrol pelaksanaan ( monitor and control). Sebagai langkah terakhir, semua aktifitas implementasi dari rencana dan tujuan yang telah ditetapkan harus dimonitor dan dikontrol secara ketat supaya tidak terjadi penyimpangan dan penyelewengan yang bisa berakibat tidak tercapainya harapan yang dituju.[6]


Indikatator Efektifitas Manajemen kesiswaan pada Jenjang SMA

Secara legalitas formal, pemerintah telah menetapkan standar kompetensi siswa dan indikator pencapaian keberhasilannya bagi siswa pada tingkat SMA sebagai standar yang harus dijadikan rujukan sekolah/lembaga/dinas terkait dalam penyelenggraan pendidikan pada jenjang SMA. Berdasarkan Standar Kompetensi Siswa yang ditetapkan pemerintah melalui Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 053/U/2001 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah, siswa SMA diharapkan memiliki:

1. Akhlak dan budi pekerti yang luhur

2. Pengetahuan dan keterampilan dasar yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku

3. Kesehatan dan kebugaran, apresiasi seni, dan dasar-dasar olah raga yang sesuai bakat dan minatnya

4. Kemampuan melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi

Standar kompetensi tersebut kemudian diukur berdasarkan indikator keberhasilan (lembaga/sekolah) sebagai berikut :

1. Angka Pendaftaran Siswa mengalami peningkatan

2. Angka Putus Sekolah (APS) mengalami penurunan

3. Angka Mengulang (AMK) mengalami penurunan

4. Kelangsungan belajar siswa mengalami peningkatan

5. Prosentase kelulusan mencapai 90%

Mengacu kepada berbagai pandangan tentang efektivitas manajemen pembinaan kesiswaan, maka peneliti menetapkan indicator-indikator yang merupakan hasil kolaborasi dari berbagai pandangan tersebut untuk dijadikan ukuran efektivitas Manajemen kesiswaan pada jenjang SMA. Indikator-indikator tersebut terbagi ke dalam indikator efektivitas perencanaan, indikator efektivitas pelaksanaan, dan indikator efektivitas pengawasan.

1. Indikator Efektivitas Perencanaan :

Mengacu kepada berbagai pandangan tentang efektivitas manajemen pembinaan kesiswaan sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, maka perencanaan pembinaan kesiswaan yang efektif ditandai dengan indikator-indikator sebagai berikut :

a) keterlibatan para personil yang berkompeten dalam penyusunan rencana

b) Proses penyusunan rencana sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan

c) Penyusunan rencana kerja tidak menggunakan biaya terlalu banyak (sesuai anggaran)

d) Pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada dapat memenuhi kebutuhan proses penyusunan rencana.

e) Penyusunan perencanaan memenuhi unsur-unsur dan langkah-langkah proses penyusunan perencanaan

f) Proses penyusunan perencanaan menghasilkan visi, misi, dan tujuan pembinaan kesiswaan yang jelas

g) Proses penyusunan perencanaan menghasilkan program/rencana kegiatan siswa yang jelas, terarah dan terstruktur

h) Proses penyusunan perencanaan menghasilkan struktur organisasi dan mekanisme pembagian tugas yang jelas dalam pembinaan kesiswaan

i) Proses penyusunan perencanaan menghasilkan program/rencana kegiatan siswa yang mencakup seluruh domain siswa

j) Proses penyusunan perencanaan menghasilkan standard dan target prestasi siswa yang diharapkan

2. Indikator Efektivitas Pelaksanaan :

Mengacu berbagai pandangan tentang efektivitas Manajemen kesiswaan sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, maka pelaksanaan pembinaan kesiswaan yang efektif ditandai dengan indikator-indikator sebagai berikut :

a) Realisasi kegiatan sesuai dengan program kerja

b) Realisasi kegiatan memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku

c) Realisasi kegiatan bersifat terbuka dan dapat diketahui oleh masyarakat

d) Realisasi kegiatan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat

e) Realisasi kegiatan bersifat tidak diskriminatif

f) Penggunaan sumber daya dan biaya dapat mencapai tujuan

g) Adanya keterlibatan guru dan orang tua siswa terhadap kemajuan prestasi siswa

h) Adanya pendelegasian dan pembagian tugas serta tanggung jawab yang jelas dan tegas dari kepala sekolah kepada pembantunya

i) Adanya konsistensi dan kesepahaman antara para guru/ pembina/pelatih kegiatan siswa dalam merealisasikan program-program kegiatan sekolah

j) Adanya suasana belajar yang kondusif bagi para siswa untuk aktif terlibat

k) Adanya komunikasi yang aktif antara guru/Pembina/ pelatih kegiatan siswa dengan siswa

l) Adanya peraturan sekolah yang jelas, konsekuensi yang jelas, dan penerapan secara seragam

m) Realisasi kegiatan menghasilkan peningkatan prestasi siswa

n) Adanya penghargaan terhadap prestasi siswa

o) Adanya dokumen tentang kemajuan siswa dalam seluruh domainnya

p) Hasil dari realisasi kegiatan dapat diketahui oleh seluruh pihak yang berkompeten

q) Hasil kegiatan berdampak pada peningkatan Angka Pendaftaran Siswa

r) Hasil kegiatan berdampak pada menurunnya Angka Putus Sekolah (APS)

s) Hasil kegiatan berdampak pada menurunnya Angka Mengulang (AMK)

t) Hasil kegiatan berdampak pada meningkatnya kelangsungan belajar siswa


3. Indikator Efektivitas Pengawasan

Mengacu kepada berbagai kegiatan tentang efektivitas Manajemen kesiswaan sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, maka pengawasan pembinaan kesiswaan yang efektif ditandai dengan indikator-indikator sebagai berikut :

a) Adanya standar pengukuran prestasi

b) Relevansi pelaksanaan pengawasan program kerja

c) Penggunaan sumber daya dan biaya dapat mencapai tujuan

d) Pengawasan mengacu kepada tindakan perbaikan

e) Pengawasan diarahkan pada penemuan fakta-fakta tentang bagaiman tugas-tugas dijalankan

f) Pengawasan yang dilakukan bersifat fleksibel preventif

g) Sistem pengawasan dapat dipakai oleh orang-orang yang terlibat dalam pengawasan

h) Pelaksanaan pengawasan mempermudah tercapainya tujua-tujuan

i) Tercapai target

j) Ditindaklanjuti




[1] Engkoswara. Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. (Jakarta : Dirjen Dikti, Depdikbud, 1987) h. 26

[2] Basori Sutjipto & Mukti, Administrasi Pendidikan. h. 48

[3] Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan. h. 49

[4] Bateman & Snell, Management Computing in The New Era. (New York : The McGraw-Hill. 2002) h. 112

[5] Bateman & Snell, Management Computing in The New Era. h. 112-113

[6] Bateman & Snell, Management Computing in The New Era. h. 112-113


[1] Basori Sutjipto & Mukti, Administrasi Pendidikan. (Jakarta : Depdikbud. 1992) h. 47

[2] Holmes & Wynne, Making the School an Effective Community, h. 145

Sumber : http://pintania.wordpress.com/2009/03/07/implementasi-pengelolaan-kesiswaan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar